Sejarah Rempah Dunia

Sejarah Rempah Dunia
Rempah di Dunia

Terdapat banyak bukti anekdotal penggunaan rempah dan herba sejak zaman dahulu untuk manfaat kesehatan. Sekitar 6 juta tahun lalu, manusia purba berkembang bersama tumbuhan berbunga di sekitar mereka. Bukti awal menunjukkan bahwa pemburu-pengumpul membungkus daging dengan daun semak, dan secara kebetulan mendapati rasa daging menjadi lebih enak.

Seiring berjalannya waktu, rempah dan herba digunakan untuk tujuan medis, menyamarkan rasa atau bau yang tidak sedap, dan kemudian untuk mengawetkan makanan. Pada peradaban kuno, tidak ada perbedaan tegas antara ramuan untuk citarasa dan untuk obat; selama daun, biji, akar, atau getahnya enak atau harum, mereka digunakan dalam budaya tersebut.

Herba adalah kawan bagi tabib dan pujian bagi juru masak.

Kaisar Charlemagne (742-814 M)

Sejak zaman Alkitab (abad ke-17 SM), rempah sangat bernilai, digunakan sebagai persembahan keagamaan, ritual pemakaman, peracikan obat, komoditas perdagangan, dan penambah rasa makanan. Misalnya, dalam kitab Kidung Agung disebutkan kayu manis dan saffron, dan pada sekitar 1000 SM, Ratu Shaba menghadiahi Raja Salomon “120 takaran emas, banyak rempah, dan batu permata”.

Rempah dari Maluku seperti pala dan cengkeh dibawa Tiongkok. Pada abad ke-3 Sm, para pegawai istana Tiongkok memasukkan cengkeh ke dalam mulut untuk menyegarkan napas saat akan menghadap kaisar. Pada abad ke-5 M, tanaman jahe dibawa dalam pot sepanjang perjalanan laut antara Tiongkok dan Asia Tenggara untuk mencegah skorbut dan menyediakan makanan segar.

Cylinder kuno mencatrat penggunaan rempah di Mesopotamia (lembah Tigris dan Eufrat). Tablet Sumeria dari milenium ke-3 SM menyebutkan tanaman aromatik seperti thyme. Gulungan tulis Babilonia dari masa Ashurbanipal (668-633 SM) juga mencatat banyak tanaman seperti thyme, wijen, kapulaga, kunyit, saffron, adas, poppy, bawang putih, jinten, adas manis, ketumbar, silphium, dill, dan mur.

Raja Merodach-Baladan II (721-710 SM) menanam 64 spesies tanaman di taman kerajaannya, termasuk kapulaga, ketumbar, bawang putih, thyme, saffron, dan kunyit. Dia juga menyiapkan catatan cara bercocok tanaman tersebut. Dalam kepercayaan masyarakat Babilonia, tanaman obat terkait dengan dewa bulan—bagian tanaman diambil di bawah cahaya bulan, bukan sinar matahari.

Di Persia, (Iran kuno), bawang merah, bawang putih, dan bawang kecil sudah menjadi bumbu populer pada abar ke-6 SM. Catatan Raja Cyrus (559-529 SM) menunjukkan pembelian massal bawang putih (395.000 ikat), dan Persia juga mengekstrak minyak esensial dari mawar, lily, ketumbar, dan saffron.

Asal Usul Rempah di India

Rempah seperti lada hitam, kayu manis, kunyit, dan kapulaga telah digunakan di India selama ribuan tahun untuk keperluan kuliner dan kesehatan. Rempah asli India (kapulaga, kunyit) dibudidayakan sejak abad ke-8 SM bahkan di taman Babilonia.

Sushruta, dokter bedah kuno (abad ke-4 SM), menggunakan mustard putih dan tanaman aromatik lainnya di sprei untuk mengusir roh jahat, serta menggunakan sesawi seagai antiseptik pada luka pasca-bedah. Teks medis seperti Charaka (abad pertama M) dan Sushruta II (abad kedua M) menyebutkan berbagai rempah dalam pengobatan Ayurvedic.

Rempah di Yunani dan Romawi Kuno

Bangsa Yunani mengimpor rempah Timur (lada, cassia, kayu manis, jahe) ke kawasan Mediterania. Mereka juga menggunakan rempah lokal seperti adas manis, biji poppy, dan mint. Hippocrates (460-377 SM) mencatat penggunaan saffron, kayu manis, thyme, ketumbar, mint dan marjoram, dan menekankan pentingnya persiapan yang baik. Theophrastus (372-287 SM) Menulis De Materia Medica, buku rujukan botani dan medis selama 1500 tahun.

Orang Romawi menggunakan rempah dalam anggur, balsem, minyak pasca-mandi, serta dalam tampon dan salep karena khasiat kesehatannya.

Pengaruh Islam

Berebut rempah dimulai sejak Romawi, dan pedagang Arab sering merahasiakan sumber rempah untuk menjaga monopoli. Di abad ke-1 M, Pliny menyadari taktik ini.

Nabi Muhammad SAW (570-632 M) memiliki toko bahan rempah seperti mur, kemenyan, dan rempah Asia. Setelah itu, peradaban Islam maju dalam ilmu pengobatan dan distilasi minyak essensial. Sekitar abad ke 9 M, dokter-dokter Arab membuat sirup dan ekstrak rasa dari rempah.

Eropa Abad Pertengahan

Sebelum Perang Salib (1095-01492), rempah Asia di Eropa hanya digunakan oleh kalangan bangsawan. Contohnya, satu pon saffron harganya setara satu kuda, ginger seharga domba, dan 2 pon mace setara seekor sapi. Di beberapa wilayah, lada hitam bahkan dipakai sebagai mata uang untuk pajak dan sewa.

Perang salib membuka jalur perdagangan antar benua dan harga rempah menurun, sementara penggunaannya meluas. Apothecary (apoteker kuno) menyusun ramuan dari rempah-rempah seperti jahe, pala, kayu manis, saffron, dan kapulaga, berdasarkan ilmu kedokteran Arab.

Charlemagne juga mendorong penanaman herba seperti adas, jintan, dan sage pada abad ke-8, Pada 1180, Raja Henry II mendirikan pepperers guild, pengelola perdagangan rempah dan otoritas awal toko grosir modern.

Zaman Penjelajahan

Marco Polo (sekitar 1298 M) mencatat banyak rempah: minyak wijen di Afghanistan, jahe dan kyu manis di Peking, dan perdagangan lada jutaan pon tiap hari di Hangchow, catatannya mendorong pertumbuhan perdagangan rempah pada abad ke-13 dan ke-14.

Portugal lalu memonopoli perdagangan lada dari India, sedangkan di Amerika koloni Eropa membawa rempah asli amerika seperti sassafras dan bawang ke dalam masakan koloni awal seperti Virginia dan Creole.

Rempah Saat Ini

Kini perdagangan rempah relatif terdesentralisasi. Rempah banyak digunakan dalam kuliner global dan bahkan digunakan dalam makanan astronot pada tahun 1982 oleh NASA.

Menurut USDA, konsumsi rempah di AS meningkat pesar sejak pertengahan abad ke -20, khususnya jahe dan cabai. Juga tertulis bahwa 5-10% orang dewasa AS menggunakan suplemen botani (termasuk rempah) untuk kesehatan (data 2015), dan Pedoman diet AS 2020-2025 merekomendasikan rempah sebagai alternatif pengganti gula, lemak jenuh, dan garam.

Penelitian ilmiah terkini mendukung manfaat kesehatan rempah dalam jantung, kognisi, manajemen berat badan, dan peningkatan kualitas diet.

References and Notes

*F. Rosengarten, Jr. 1969. The Book of Spices, p. 23-96, Jove Publ., Inc., New York.

Duke, James A., ed. CRC Handbook of Medicinal Spices. CRC press, 2002.

Tapsell LC, Hemphill I, Cobiac L, Patch CS, Sullivan DR, Fenech M, Roodenrys S, Keogh JB, Clifton PM, Williams PG, Fazio VA, Inge KE. Health benefits of herbs and spices: the past, the present, the future. Med J Aust. 2006 Aug 21;185(4 Suppl):S4-24. 4. History Online. Medicinal Uses of Herbs and Spices.

Grivetti, Louis E. “Herbs, Spices, and Flavoring Agents: Part 1 Old World Contributions.” Nutrition Today 51.3 (2016): 139-150

Grivetti, Louis E. “Herbs, Spices, and Flavorings: Part 2 New World Contributions.” Nutrition Today 51.4 (2016): 194-197

Grivetti, Louis E. “Herbs, Spices, and Flavoring Agents: Part 3 The Fusion–Development of New Cuisines (Early Exploration Accounts and Information From Early Settlements in Virginia and New England).” Nutrition Today 51.5 (2016): 259-267

Duke, James (December 15, 2000). The Green Pharmacy Herbal Handbook: Your Comprehensive Reference to the Best Herbs for Healing. Rodale Books. p. 195. ISBN 978-1-57954-184-2.

Grivetti, Louis E. “Herbs, Spices, and Flavoring Agents: Part 4 Fusion—The Development of New Cuisines During the Colonial, Revolutionary, and Federal Periods.” Nutrition Today 51.6 (2016): 316-326.

Grivetti, Louis E. “Herbs, Spices, and Flavoring Agents: Part 5: Fusion of Herbs and Spices in the 19th-Century and Into the 21st-Century North American Culture.” Nutrition Today 52.1 (2017): 44-51.

United States Department of Agriculture. Food Availability (Per Capita) Data System.  Spices: supply and use. Available from: https://www.ers.usda.gov/data-products/food-availability-per-capita-data-system/ Accessed January 2021.

Clarke, T.C., Black, L.I., Stussman, B.J., Barnes, P.M., & Nahin, R.L. (2015) Trends in the Use of Complementary Health Approaches Among Adults: United States, 2002–2012, National Health Statistics Reports; No. 79, National Center for Health Statistics, Hyattsville, MD.

U.S. Department of Health and Human Services and U.S. Department of Agriculture. 2015 – 2020 Dietary Guidelines for Americans. 8th Edition. December 2015. Available at https://health.gov/our-work/food-nutrition/previous-dietary-guidelines/2015.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *